Takdir

Salah satu bahasan yang sulit adalah mengenai takdir. Salah dalam memahami mengakibatkan salah dalam bertindak.

Ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu telah ditentukan, sehingga buat apa berusaha keras toh berhasil atau gagal sudah ditentukan. Lebih parah lagi kalau menganggap berbuat baik juga tidak perlu, toh akhirnya kita ke surga atau neraka itu juga telah ditentukan. Kalau kita hanya sekedar wayang yang dijalankan sepenuhnya oleh dalang, apakah wayang perlu dimintai pertanggungjawaban?

Saya punya pendekatan lain dalam usaha memahami takdir. Ketika kita ujian di sekolah, sering kali dibagikan soal yang berbeda untuk siswa yang duduk berdekatan. Tujuannya untuk mengurangi kesempatan menyontek. Saya katakan mengurangi karena bisa saja siswa menyontek sebelahnya asal jangan lupa menulis nomor soal yang dicontek juga 😀 .

Nah bagi saya, soal ujian tersebut adalah takdir. Tuhan Yang Maha Segala memberikan soal yang berbeda untuk setiap makhluknya. Ada yang belum lahir sudah kaya, ada pula yang sudah diwarisi hutang. Ada yang sempurna fisiknya hingga ganteng maksimal, ada pula yang cacat bawaan. Seperti soal ujian, tugas kita mencari jawaban atau solusinya, bukan mempertanyakan soalnya, apalagi iri dengan soal orang lain. Itulah iman kepada takdir. Dan oleh Tuhan Yang Maha Segalanya, jawaban kita dijadikan soal berikutnya, begitu seterusnya sampai kita mati.

Mencari jawaban tentu bukan soal mudah, tapi bukan berarti harus menyerah. Ada kisi-kisi jawaban melalui kisah-kisah orang terdahulu, pun boleh juga memohon bocoran milih yang ini atau yang itu. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Adil juga berarti kita percaya bahwa betapapun beda soalnya untuk masing-masing orang tetapi bobotnya sama. Bukankah Dia berjanji bahwa tidak akan memberikan soal yang tidak mampu dijawab?

2 tanggapan untuk “Takdir”

Tinggalkan komentar