Belakangan ada beberapa handphone yang memiliki fitur rapid charging yang menjanjikan baterai terisi 75% dalam 15 menit. Fitur ini sebenarnya tidak istimewa tapi hanya butuh keberanian pembuatnya saja :D.
Nge-charge baterai Li-ion menggunakan 2 tahap. Yang pertama disebut Constant Charge (CC) dan kedua disebut Constant Voltage (CV). Saat CC, baterai diberi arus yang konstan sampai voltase baterai mencapai nilai tertentu, yaitu 4.1, 4.2, atau 4.35. 4.1 untuk baterai teknologi lama, biasanya tertulis 3.6v di badannya. Yang beredar sekarang umumnya tertulis 3.7v yang berarti maksimal 4.2v. Jadi baterai Li-ion ini punya voltase maksimal saat penuh, lalu menurun saat digunakan. Yang tertulis di badan baterai (3.6v/3.7v) adalah nilai rata-ratanya, sedangkan 4.x tadi adalah nilai maksimumnya.
Setelah mencapai nilai voltase tertentu tersebut, charger ganti menggunakan metode CV. Baterai diberi voltase tetap sampai arusnya drop. Fase ini disebut juga fase saturasi.
2 fase inilah yang dimainkan untuk rapid charging. Fase pertama mengisi baterai sampai sekitar 80%, sedang fase kedua sisanya sampai 100%. Uniknya meskipun hanya 20%, fase kedua bisa sama bahkan jauh lebih lama waktunya daripada fase pertama. Rata-rata charging normal adalah 2.5 sampai 3 jam. Fase pertama dapat dipercepat dengan memberi arus yang besar, tapi ini akan membuat fase kedua lebih lama. Di sinilah ‘teknologi’ fast charging itu, yaitu mempercepat fase pertama dengan memberi arus yang besar. Lihat pula janjinya, mencharge dengan cepat sampai 75% :D. Coba saja dicharge sampai 100%, pasti tidak akan jauh berbeda dengan charge normal.
Apa efek dari memberikan arus besar ke baterai? Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut akan memperpendek umur baterai. Energi yang berlebihan dapat menimbulkan panas serta perubahan kimia pada baterai secara permanen. Ada rekomendasi untuk tidak ngecharge lebih dari 1C. C adalah jumlah arus yang dikeluarkan baterai pada satuan waktu tertentu. Di situs-situs sering disebut praktisnya nilai C adalah kapasitas baterai. Jadi kalau baterai 2000mAh maka nilai C adalah 2000mA alias 2A. Baterai ini jangan dicharge dengan charger yang lebih dari 2A. Umumnya pembuat ponsel menggunakan 0.5C agar lebih aman. Baterai 2000mAh dicharge dengan adaptor sebesar 1A atau 1000mA. Umumnya kita bisa memakai adaptor berarus besar di ponsel kita karena ada komponen yang membatasi arus maksimal di ponsel atau baterai. Nah, fast charger yang diiklankan memiliki arus sampai 4500mA padahal baterai yang dicharge 3000mA atau 1.5C, dan ‘teknologi’-nya membolehkan hal itu.
Kalau fast charging berefek buruk bagaimana dengan slow charging? Dulu ada rekomendasi untuk charge dibawah 0.3C supaya baterai bertahan lama, namun penelitian terakhir menyatakan tidak ada beda signifikan dengan yang dicharge sampai 0.7C. Namun tetap saja penelitian ini tidak merekomendasikan charge lebih dari 1C.
Referensi: http://www.bateryuniversity.com